Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen
Karya sastra seperti novel, cerpen dan agenda.
karya yang bukan jenis sastra seperti narasi, iklan, artikel, majalah.
1. Menulis Cerpen berdasarkan pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi adalah pengalaman yang pernah dialami seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman pribadi dapat kita jadikan bahan untuk menulis cerpen. Cerpen merupakan genre sastra yang jauh lebih muda usianya dibandingkan dengan puisi dan novel. Tonggak penting sejarah penulisan cerpen di Indonesia dimulai Muhamad Kasim dan Suman Hasibuan pada awal 1910-an.
Sebelum
menulis cerpen, sebaiknya kita memahami dahulu cerpen dan seluk
beluknya, untuk itu, cermatilah pemaparan tentang cerpen berikut dengan
baik.
Cerpen
merupakan cerita yang pendek, hanya mengisahkan satu peristiwa (konflik
tunggal), tetapi menyelesaikan semua tema dan persoalan secara tuntas
dan utuh. Awal cerita (opening) ditulis secara menarik dan mudah diingat
para pembaca. Kemudian, pada bagian akhir cerita (ending) ditutupi
dengan suatu kejutan (suprise).
Ada beberapa ciri yang melekat pada cerita pendek. Ciri antara lain:
Cerpen harus pendek.
Artinya,
cukup pendek untuk dibaca dalam sekali duduk. Cerpen memberi kesan
kepada pembacanya terus-menerus, tanpa terputus-putus, sampai kalimat
terakhir.
Cerpen seharusnya mengarah untuk membuat efek yang tunggal dan unik.
Sebuah
cerpen yang baik mempunyai ketunggalan pikiran dan action yang bisa
dikembangakan lewat garis yang langsung dari awal hingga akhir.
Cerpen harus ketat dan padat.
Cerpen
harus berusaha memadatkan setiap gambaran pada ruangan sekecil mungkin.
Maksudnya agar pembaca mendapatkan kesan tunggal dari keseluruhan
cerita.\
Cerpen harus tampak sungguhan.
Seperti
sungguhan adalah dasar dari semua seni mengisahkan cerita. Semua tokoh
ceritanya dibuat sungguhan, berbicara dan berlaku seperti manusia yang
betul-betul hidup.
Cerpen harus memberi kesan yang tuntas.
Selesai
membaca cerpen, pembaca harus merasa bahwa cerita itu betul-betul
selesai. Jika ujung cerita masih terkatung-katung, pembaca akan merasa
kecewa.
Cerita
pendek dapat kita tulis berdasarkan pengalaman pribadi kita. Tentu saja
pengalaman yang pernah kita alami tidak begitu saja kita tuliskan,
namun kita juga harus paham tentang unsur-unsur yang harus ada dalam
cerpen. Unsur yang harus ada dalam cerpen meliputi unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik.
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang membangun cerpen dari dalam cerpen itu sendiri.
Unsur intrinsik meliputi:
1. Tokoh dan karakter tokoh
Istilah
tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak,
perwatakan atau karakter menunjukkan pada sifat dan sikap para tokoh
yang menggambarkan kualitas pribadi seseorang tokoh. Tokoh
cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan,
amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.
Secara umum, kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh
protagonis yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang
ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan
pandangan dan harapan pembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang
menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang
tokoh protagonis.
Tokoh: pameran atau orang yang memerankan tokoh.
Ada 3 tokoh yaitu:
1. Tokoh protagonis (atau disebut juga sebagai tokoh utama). Tokoh protagonis merupakan tokoh yang biasanya berperilaku baik.
2. Tokoh antagonis (tokoh yang menentang tokoh utama). Tokoh antagonis merupakan tokoh yang biasanya berperilaku jahat.
3. Tokoh tritagonis (tokoh yang mendukung tokoh utama). Tokoh tritagonis merupakan
tokoh yang biasanya membantu tokoh protagonis dan biasanya berperilaku baik.
Penokohan / perwatakan : penentuan sifat tokoh dalam cerita.
Ada 2 teknik untuk memperlihatkan penokohan / perwatakan yaitu :
1. Melalui teknik analitik (menyebutkan secara langsung)
2. Melalui teknik dramatik (secara tidak langsung)
2. Latar (setting)
Latar
dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara
konkret(nyata) dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan
realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah
sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
Latar : menggambarkan tempat, waktu, suasana peristiwa dalam cerita.
3. Alur (plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat.
Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan
kenapa hal ini bisa terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita
berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasanya disebut juga susunan
cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam
menyusun bagian-bagian cerita, yakni sebagai berikut.
a)
Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari
perkenalan sampai penyelesaian. Urutan peristiwa tersebut meliputi:
- Mulai melukiskan keadaan (situation);
- Peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses);
- Keadaan mulai memuncak (rising action);
- Mencapai titik puncak (klimaks);
- Pemecahan masalah/penyelesaian (denouoment);
b)
Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat
memulai dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah,
kemudian menegok kembali pada peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya.
Susunan yang demikian disebut alur mundur.
Alur : jalur cerita atau rangkaian jalannya cerita. Pententangan atau konflik.
Alur ada 3 yaitu alur maju, alur mundur dan alur campuran.
Ada lima tahapan dalam alur :
- Perkenalan,
- Penanjakan,
- Klimaks
- Puncak klimaks, dan
- Anti klimaks atau penyelesaian.
4. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan kepada siapakah yang menceritakan kisah tersebut?
Ada
beberapa macam sudut pandang, diantaranya sudut pandang orang pertama
(gaya bahasa dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang
ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut pandang ada 2 yaitu sudut pandang pertama dan sudut pandang ketiga.
5. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan.
Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan
diksi (pilihan kata), penggunaan majas, dan penghematan kata. Jadi, gaya
merupakan seni pengungkapkan seorang pengarang terhadap karyanya.
6. Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita.
Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang
terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami
tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara
keseluruhan.
7. Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan
kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa
pemecahan masalah atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam
cerita.
Amanat : pesan untuk para pembaca
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung memengaruhi bangun cerita sebuah karya. Unsur ekstrinsik karya sastra, antara lain:
- Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
- Psikologis pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, dan panorama prinsip-prinsip psikologi dalam sastra.
- Keadaan di lingkungan pengarang, seperti ekonomi, politik dan sastra sosial.
- Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Setelah
seluk beluk cerpen kita pelajari, selanjutnya kita dapat menentukan
tema cerita. Tema cerita tersebut dapat diperoleh dari hasil
pengoleksian dan pengumpulan data tentang berbagai pengalaman yang
pernah kita alami. Dari tema tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa
pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran tersebut kita susun menjadi sebuah
kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut selanjutnya kita
kembangkan menjadi sebuah karangan yang utuh menggunakan bahasa yang
baik dan benar
Unsur ekstrinsik : unsur yang membangun karya sastra dari luar.
a. Latar belakang penciptaan : berkaitan dengan tujuan dari karya sastra.
b. Sejarah latar belakang pengarang : berkaitan dengan kondisinya seperti sosial, masyarakat dari karya sastra sosial.
c. Kondisi masyarakat : berkaitan dengan kondisi sekarang dari karya sastra seperti tentang pemanasan global atau kondisi masyarakat.
d. unsur psikologis (PSI) : berdasarkan psikologis pengarang.
Bahasa konotatif adalah bahasa yang memiliki makna lain (ambiguita).
2. Menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain
Menulis
cerpen berdasarkan pengalaman orang lain tidak jauh berbeda dengan
menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Hal pertama yang harus
anda lakukan adalah mendata pengalaman-pengalaman orang lain yang
sekiranya menarik untuk dibuat cerpen. Pilihlah satu saja dari berbagai
pengalaman tersebut yang paling mudah Anda pahami tanpa meninggalkan
esensi kemenarikannya. Hal ini penting karena dengan pemahaman itu Anda
akan lebih mudah mengembangkannya berbagai ide untuk menyusun sebuah
cerpen yang menarik. Selanjutnya,buatlah kerangka cerita agar penulisan
cerpen Anda nantinya tersusun rapi dan berpola. Buatlah cerpen dengan
mengembangkan daya imajinasi Anda.
Menemukan nilai-nilai Cerita Pendek (Cerpen) melalui Kegiatan Diskusi
Tahukah
Anda selain unsur-unsur pembangun, dalam karya sastra terdapat juga
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, di antaranya :
(1) Nilai agama/ nilai religius,
yaitu nilai yang berhubungan dengan aturan agama, yang berisi perintah
dan larangan Tuhan, misalnya perintah untuk beribadah sesuai dengan
agama dan keyakinan masing-masing dan larangan mabuk-mabukan.
(2) Nilai moral, yakni nilai yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia dalam bergaul dengan manusia
lain, misalnya menghormati orang tua, santun kepada semua orang, dan
sebagainya.
(3) Nilai sosial, yakni yang
berhubungan dengan peraturan yang berlaku di masyarakat, misalnya
tentang kehidupan bergotong-royong, saling membantu tetangga yang
membutuhkan, dan sebagainya.
(4) Nilai adat/ tradisi/
budaya, yakni nilai yang berhubungan dengan kebiasaan yang berlaku di
masyarakat, misalnya adanya upacara adat perkawinan atau penguburan
mayat, selamatan, dan sebagainya.
DOWNLOAD PTT (power point) presentasi | |
---|---|
Unsur_Sastra_Cerita.part1_.rar | 9.54 MB |
Unsur_Sastra_Cerita.part2_.rar | 9.54 MB |
Unsur_Sastra_Cerita.part3_.rar | 9.54 MB |
Unsur_Sastra_Cerita.part4_.rar | 3.5 MB |
0 komentar:
Posting Komentar